Mengenal Musium Batik Jogja! Wisata Budaya Tanah Air

Batik Jogya mewakili salah satu kelengkapan busana Kerajaan Mataram yang keutuhannya menjadi milik Keraton Yogyakarta. Musium batik Jogja selain dihiasi dengan berbagai koleksi batik, juga penuh dengan sejarah tanah air yang mungkin sudah luput dari ingatan kita.

Batik awalnya berkembang terbatas sebagai bagian dari pendidikan putri bangsawan dalam lingkup keraton. Seiring popularitasnya, klasifikasi batik Yogyakarta semakin memudar. Banyak masyarakat yang mengenakan motif larangan.

Hal ini juga sejalan dengan tidak lagi diberlakukannya pelarangan motif tersebut di luar keraton. Hanya saja terkadang masyarakat memakai berdasarkan rasa suka dan tidak memahami peruntukannya. Sebagai misal motif yang dikhususkan untuk upacara kematian.

Sebagian masyarakat malah memakainya untuk acara pernikahan. Bukanlah suatu kewajiban untuk memahami filosofinya, yang perlu dimengerti bahwa batik bukanlah sekedar kain bergambar. Setiap motifnya menyimpan makna, baik corak maupun warnanya.

Batik adalah salah satu kekayaan budaya indonesia, untuk melestarikannya serta agar dunia bisa menikmati keindahannya hadirlah musium batik jogja.
Nampak depan musium batik Jogja, sumber: jogja.tribunnews.com

Musium batik Jogja adalah tempat yang menyimpan banyak hal menarik tentang batik dan memiliki berbagai koleksi seragam batik. Selain berkonsentrasi pada koleksi, Museum Batik Yogyakarta juga mengembangkan klinik perawatan dan konservasi batik yang merekam jejak langkah proses batik dan ragam motifnya.

Ragam motif yang dimiliki oleh Museum Batik Yogyakarta adalah Jawa Tengahan (Yogyakarta dan Solo), pasisiran (Semarang, Demak, Pekalongan dan Kedungwuni, Cirebon dan Lasem), Madura, Klaten, Kebumen, Kulon Progo, Imogiri, dan beberapa daerah lainnya.

Baca juga: Berburu sepatu kulit di Manding Jogja

Sejarah batik memiliki rentang waktu lama sampai menjadi corak dan motif batik berkembang. Batik selalu lekat dengan filosofi yang reflektif dalam dimensi keseharian manusia. Oleh karenanya, secanggih apapun teknologi tekstil saat ini, budaya batik tetap menjadi tak tergantikan.

Selain dibutuhkan ketrampilan dan ketekunan, pewarnaan alami menciptakan warna-warna yang unik dan khas pada tiap lembarnya, karena pada setiap proses pencelupan warna, komposisi warna dapat berubah seiring proses oksidasi dan kimia yang alamiah.

Selain dibutuhkan ketrampilan dan ketekunan, pewarnaan alami menciptakan warna-warna yang unik dan khas pada tiap lembarnya, karena pada setiap proses pencelupan warna, komposisi warna dapat berubah seiring proses oksidasi dan kimia yang alamiah.
Tampilan warna warni batik, sumber: kumparan.com

Sejarah Musium Batik Jogja

Museum Batik Jogjakarta didirikan oleh dua pemerhati dan penggiat batik, Hadi Nugroho dan Dewi Sukaningsih, pada 1973. Keduanya berniat menyediakan sarana khusus untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

Baik Hadi maupun Dewi kala itu merasa resah dengan maraknya batik cetak (print), yang dianggap tak mewakili esensi seni dari sebuah batik. Popularitas batik cetak kala itu membuat banyak perusahaan batik tulis dan cap gulung tikar.

Kedua pendiri Museum Batik Jogja berpendapat bahwa batik bukan sekedar motif, melainkan proses. Mereka pun sepakat mendirikan museum khusus untuk melindungi aneka karya batik tulis dan cap.

Batik sendiri dimaknai sebagai sebuah proses menghasilkan desain atau motif pada pakaian, menggunakan lilin sebagai perintang warna. Inilah mengapa batik cetak, yang menggunakan tinta sebagai pewarna, tak bisa dianggap sebagai batik sebenarnya.

Inilah mengapa batik cetak, yang menggunakan tinta sebagai pewarna, tak bisa dianggap sebagai batik sebenarnya.
Jelajah sejarah batik, sumber: jogja.tribunnews.com

Mengenal Koleksi Alat dan Bahan Membatik

Teman Traveler bisa melihat beragam peralatan membatik di sini. Canting salah satunya. Mirip seperti kuas lukisan atau kaligrafi, setiap canting memiliki bentuk dan fungsi berbeda.

Ada yang digunakan untuk meletakkan lilin pada kain pertama kali, membuat blok, ada juga yang untuk membuat garis-garis. Canting dulunya terdiri dari pegangan kayu dan lilitan rambut di bagian depan.

Namun pengaruh bangsa-bangsa pendatang turut berpengaruh pada perkembangan canting. Lilitan rambut ditinggalkan dan diganti tembaga. Museum juga memiliki koleksi bahan-bahan membatik seperti parafin, lilin, daun, kayu, dan bunga sebagai pewarna alami.

Ada juga madu yang digunakan sebagai perekat dan pewarna buatan dari bahan kimia. Zaman dulu, untuk membedakan batik asli dan bukan, cukup menjilat sedikit permukaan kainnya. Kandungan madu pada lilin akan menciptakan sensasi manis.

Canting dulunya terdiri dari pegangan kayu dan lilitan rambut di bagian depan.
Tampilan koleksi alat membatik, sumber: sejarahlengkap.com

Namun tentunya cara ini hanya berlaku jika batik dibuat menggunakan bahan alami. Proses membatik tidak bisa rampung dalam waktu singkat. Dimulai dari klowong atau memberikan goresan lilin pertama kali pada pola-pola yang dibentuk.

Berikutnya ada nembok atau mem-blok bagian sebelum dicelup pewarna. Dilanjutkan dengan medel (memberi warna), ngerok (menghilangkan lilin), mbironi (menutup warna biru pada kain), nyoga (memberi warna coklat), hingga nglorod atau ngebyok (merebus kain agar tiap lilinnya luruh)

Mengenal Motif dan Sejarah Kain Batik

Dari awal perkembangan batik, sudah terdapat beragam motif. Masing-masing memiliki makna filosofis sendiri. Motif tersebut juga diiringi aturan lain, seperti kapan dan siapa saja yang boleh mengenakan batik tersebut. Parang Besar misalnya, motif ini sangat disakralkan dan hanya boleh digunakan pemimpin besar atau Sultan.

Ada pula Batik Sidomukti atau Sidoasih yang biasa dikenakan pasangan pengantin kala menikah. Sementara orang tua sang pengantin akan mengenakan motif Batik Truntum, yang melambangkan cinta orang tua dalam menuntun pasangan pengantin menuju kehidupan baru.

Ada pula Batik Sidomukti atau Sidoasih yang biasa dikenakan pasangan pengantin kala menikah.
Nampak batik sidomukti, sumber: semarangpos.com

Tentu saja masih ada sederet motif batik lain dengan filosofi masing-masing. Teman Traveler harus datang ke Museum Batik untuk mengetahui makna di balik motif-motif tersebut, sehingga tak sampai salah ketika mengenakannya nanti.

Beragam Koleksi Batik Musium Batik Jogja

Di Museum Batik Jogja, Anda juga bisa menemukan beragam koleksi kain batik. Mulai dari motif khas Solo hingga Yogjakarta. Sedikit latar belakang sejarah, dua kota tersebut sebelumnya disatukan dalam panji Kerajaan Mataram dan menjadi cikal bakal lahirnya batik.

Baca juga: Kerajinan wayang kulit desa Pucung

Setelah terjadi perpecahan, kedua kota tersebut lantas memiliki pemerintahan dan wilayah sendiri. Demikian pula dengan motif batiknya, masing-masing kota punya ciri khas sendiri. Batik lantas mulai dibawa dan berkembang di daerah pesisir.

Namun jika di Jogja dan Solo batik didominasi warna coklat, kawasan pesisir justru mengembangkan motif batik peranakan. Batik ini banyak dipengaruhi budaya Tionghoa dan Belanda hingga terdapat perbedaan signifikan, terutama soal warna yang lebih variatif.

Sedikit latar belakang sejarah, dua kota tersebut sebelumnya disatukan dalam panji Kerajaan Mataram dan menjadi cikal bakal lahirnya batik.
Koleksi batik musium batik Jogja, sumber: sewamobiljogja.id

Di sinilah muncul motif seperti Batik Lasem dan Batik Pekalongan. Sungguh naif rasanya jika kita merasa sudah tahu banyak soal batik, padahal dunia batik sendiri begitu luas. Sebagai pusat batik dunia, Jogjakarta bisa jadi tempat bagus untuk belajar mengenai sejarah batik.

Untuk memasuki Museum Batik Jogjakarta, Teman Traveler hanya perlu memberikan donasi sebesar Rp20.000. Kalian bakal mendapat banyak pengetahuan menarik soal filosofi batik, didampingi seorang guide kompeten.

Kenali lebih dalam agar mahakarya asli Nusantara ini tak lantas punah atau dicuri bangsa lain di kemudian hari. Semoga tulisan ini menambah wawasan kita tentang budaya dan melestarikan budaya kita.

Selain wisata budaya di musium batik Jogja, bagi Anda yang tinggal di Jogja dan sekitarnya bisa menggunakan jasa pembuatan huruf timbul Jogja pada bisnis yang sedang Anda geluti agar mudah dikenali konsumen dan bangunannya apik tampilannya.

Tinggalkan Balasan